Berbicara sepak
terjang tim nasional Indonesia saat ini mungkin tidak jauh dari kekecewaan akan sebuah prestasi. Untuk berprestasi di kancah internasional bahkan di asia tenggara saja
Indonesia selalu gagal dalam beberapa tahun terakhir. Ditambah dengan kisruh
yang tak kunjung henti yang terjadi di internal federasi yang seakan menjadi musuh dalam selimut.
Sejak awal tahun
2000 hingga sekarang Sejarah mencatat bahwa
Indonesia Tiga kali menjadi Runner-up di piala Tiger ( kini bernama
Piala AFF). Di ajang antar negara-negara asia tenggara tersebut merah putih harus tunduk tiga kali di partai final. Masing-masing
dari Thailand (2002), Singapura (2004), dan terakhir dari Malaysia (2010). Dan
dua kali tampil di even terbaik sepak bola asia yaitu Piala Asia 2004 di
China dan jadi tuan rumah piala asia
2007 bersama Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Sayang dari dua ajang tersebut
Indonesia harus terhenti di babak grup.
Namun jika
melihat kembali kebelakang, tujuh tahun sebelum Indonesia merdeka yaitu pada
tahun 1938. Dutch East Indies atau Hindia belanda yang merupakan cikal bakal
negara Republik Indonesia, ikut berpartisipasi dalam Jules Rimet Cup di Prancis
yang sekarang disebut Piala Dunia.
Ikut sertanya Hindia Belanda mewakili zona asia bersama
jepang tanpa harus melewati babak kualfikasi. Tetapi jepang memundurkan diri
karena sedang dalam keadaan perang dengan China.
Fifa pun
mengakui bahwa Indonesia adalah negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia
meskipun baru merdeka 7 tahun kemudian.
Pada Piala Dunia
edisi ketiga itu, nama-nama yang terdaftar dalam skuad inti Hindia
belanda terdapat nama pribumi dan keturunan Tionghoa. Pemain-pemain itu adalah Sutan Anwar, Tan Djien, A. Nawir,
Tan Mo Heng, Survarte Soedarmadji, Tjaak Partiwael, Hans Taihuttu dan
Pelatihnya asal belanda, Johannes
Christoffel van Mastenbroek.
Format Kompetisi
yang saat itu masih menggunakan sistem gugur dan mengharuskan tim Hindia
belanda bertemu Hungaria. Hasilnya Hindia Belanda dicukur 6-0 dan harus angkat
koper lebih awal.
Maklum saja, Hungaria dibawah asuhan pelatih legendaris
Victorio Pozzo merupakan tim unggulan. Mereka bahkan hampir menjadi juara andai
tidak takluk dari Italia 2-4 di final. Tim Hungaria kala itu diperkuat
bintang-bintang pada zamannya, seperti Gyorgy Sarosi, Gyula Zsengeller. Dua
orang itu kemudian masuk daftar 3 besar pencetak gol tersubur dalam piala dunia
1938
Meskipun hanya
memainkan satu laga dengan nama Dutch East Indies, tetapi kisah di Perancis
1938 itu menjadi satu satunya catatan sejarah Indonesia di ajang Piala Dunia.
Tentu sangat
sulit untuk bisa mengulang sejarah itu saat ini. Mengingat sangat sulit untuk lolos
dari kualifikasi zona asia yang kini didominasi kekuatan asia timur dan
negara-negara timur tengah.
Untuk jadi
sebuah tim sepak bola yang
diperhitungkan di ajang internasional, tidak cukup hanya dengan potensi dan
bakat yang dimiliki, tetapi juga federasi yang mampu menjalankan kompetisi dengan sehat dan memiliki pembinaan pemain yang berkelanjutan. Sehingga talenta-talenta
berbakat pun menjadi tak terbuang sia-sia.